BAB I
PENDAHULUAN
Pada keadaan
yang sehat, gingiva biasanya berwarna merah muda, tepinya setajam pisau serta
berbentuk selop; papilanya ramping sering mempunyai groove karena
adanya sluice-way dan perlekatan gingivanya berstipling serta tidak
berdarah pada saat penyondean. Daerah leher gingiva biasanya dangkal
dan epitel jungtion melekat erat pada enamel. Sistem serabut gingiva
tersusun secara teratur. Beberapa PMN terlihat pada epitelium jungtion ketika
PMN ini berjalan melintas dari pembuluh darah gingiva menuju ke leher gingiva
dan terus menuju ke rongga mulut. Pada jaringan ikat didekatnya dapat diisolasi
sel-sel inflamasi, terutama limfosit dan kadang-kadang sel plasma serta
makrofag. Gambaran ini mencerminkan keseimbangan yang stabil namun dinamis dari
suatu jaringan yang sehat.
Secara
Histopatologi terjadinya gingivitis sampai periodontitis sudah pernah
dijabarkan oleh Page dan Schroeder (1976) dalam beberapa tahapan: lesi awal
timbul 2-4 hari diikuti gingivitis tahap awal, dalam 2-3 minggu akan menjadi
gingivitis yang cukup parah.
Olehnya itu
makalah ini akan membahas tentang penyakit gingival ditinjau dari factor
etiologi,klasifikasi,mekanisme serta tanda dan gejalanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Etiologi Penyakit Gingiva
Ada berbagai macam penyakit gingival,yang umunya
adalah gingivitis yang berkaitan dengan pembentukan plak gigi. Penyakit
tersebut ditandai dengan adanya tanda inflamasi klinis tanpa adanya kerusakan
perlekatan jaringan(attachment loss/AL).
Dapat pula terjadipada periodonsium yang mengalami AL namun sudah stabil dan tidak berprogresi.
Ginggivitis yang terjadi hanya sebab
plak merupakan hasil interaksi antara bakteri dalam plak dan jaringan
serta sel-sel inflamator inang. Interaksi tersebut dapat diperburuk oleh
pengaruh factor-faktor local,sistemik,medikasi, serta malnutrisi.
Penyakit gingival yang dimodifikasi
oelh factor sistemik terjadi karena adanya perubahan endoktrin yang berkaitan dengan masa puber, siklus
menstruasi,kehamilan dan diabetes mellitus(DM).
keadaan ini dapat menjadi lebih berat karena respon yang buruk dari inflamatori
gingival terhadap plak gigi. Sering ditemukan pembesaran dan pendarahan
gingival, yang dapat disertai dengan gingiva yang membengkak dan lunak karena
banyaknya infiltrasi sel-sel darah. Penyakit gingivitis yang dimodifokasi oleh
medifikasi prevalensinya meningkat karena peningkatan penggunaan
obat-obatan anti-konvulsan yang
diketahui menginduksi pembesaran gingival seperti fenitoin, obat imunosupresif
seperti siklosporin A, dn calcium channel blockers seperti
nifedipin, verapamil, diltiazem, dan sodium valproat. Beratnya pembesran
gingival sangat individual dan dipengaruhi oleh akumulasi plak yang tidak
terkontrol.
Penyakit gingival yang dimodifikasi
oleh malnutrisi mempunyai tanda berupa pembengkakan denngan warn merah terang
dn mudah berdarah karena devisiensi berat vitamin C. Devisiensi nutrisi
menyebabkan gangguan fungsi imun berupa ketidak mampuan inang melindungi diri
terhadap produk seluler yang tidk bermanfaat seperti radikal oksige.
Ada penyakit lain pada gingival dan
sangat jarang terjadi, yaitu lesi gingiva yang bukan diinduksi oleh plak.
Umunya lesi ini terjadi karena kondisi
sistemik. Keadaan ini lesi ini sering terjadi pada kelompok masyrakat
dengan sosil-ekonomi rendah, di Negara berkembang dan pada individu dengan
keadaan imunokompromais.Salah satunya adlah penyakit gingival karena bakteri
tertentu.Prevalensi penyakit ini dapat meningkat sebagai akibat tranmisi
bakteri penyakit seksual seperti gonorrhea
(sebab Neiseria gonorrhea) dan yang
sudah jarang adalah sifilis (sebab treponema
pallidum).Lesi oral merupkan gambaran sekunder dari infeksi sistemiknya
atau terjadi karena infeksi langsung.Saat ini sudah jarang ditemukan penyakit
gingivostomatitis (sebab strepcoccus
hemolyticus), suatu penyakit kut dengan keadaan demam, dan rasa sakit.
Lokal gingivanya berwarna merah, difus, membengkak,mudah berdarah , dn
kadang-kadang terbentuk abses gingival. Sering diawali adanya
ton-silitis.Penyakit gingival karena virus disebabkan aoleh bebagai virus DNA
dan RNA yang merupakan virus herpes. Lesi gingiva terjadi sebagai reaksi
terhadp virus yang lten dan adanya penuruan fungsi imun tubuh
Penyakit gingiva karena fungsi relatif
jarang terjadi pada individu dengan imunokompeten, namun sering terjdi pada
individu dengan imunokompromais atau jika flora normal oral terganggu oleh
pengguna antibiotika spectrum luas jangka panjang. Keadaan ini berupa candidiasis(oleh candida albicans) yang penyebabnya juga sering
ditemukan ada di balik protesa, penggun steroid topical, aliran saliv
menurun,pH saliva menururn atau meningkatnya glukosa saliva. Klinis terlihat
lapisan putih pada gingival,lidh atau membrane mukosa oral. Lapisan putih ini
dapat dibuang dengan kasa dan pada beks lapisan tersebut terlihat berwarna
merah dan berdarah. Pada individu yang
penyakit HIV, infeksi candida
ini terlihat sebagai eritema pada attached
gingiva. Penyakit ginginva karena genetic menyertakan
jaringan periodonsium dn disebut sebagai fibramatosis heriditer gingival.
Penykit ini diturunkan secara dominan otosomal, tetapi kadang-kadang secara
resesif otosomal.Umunya pembesaran gingiva menutupi gigi sampai mencapai
permukaan oklusal, sehingga gigi sulit tumbuh.Dapat seara local maupun generil.
Pembesaran gingival sebagai reaksi
alergi jarang terjadi, namun dapat ditemukan Karen alergi terhadap materi
restorative,pasta gigi, obat kumur, permen karet,dan makanan tertentu.
Penegakan diagnosisnya sulit.Lesi trauma pada gingiva seperti karena trauma
penyikatan gigi mengakibatkan ulserasi atau resesi. Juga dapat sebb iatrogenic
seperti saat pembuatan restorasi( trauma mekanik). Makanan atau minuman panas
dapat meyebbakan luka bakar minor pada gingiva (trauma termis).Reaksi gingival
terhadap benda asing meneybabkan kondisi inflamasi local pada gingiva. Sebagai
contohnya adalah penumpatan amalgam hingga area subgingiva atau bhan abrasive
yang masuk ke subgingiva saat prosedur poles gigi (trauma kimiawi tau alergi).
B.
Klasifikasi
Penyakit Gingiva
Klasifikasi penyakit gingival menurut Ranney
(1983):
1.
Gingivitis yang disebabkan plak, terdiri
atas:
Ø Tanpa
faktor sistemik
Ø Diperparah
faktor sistemik (hormon seks, obat-obatan, mempunayi riwayat sistemik)
2.
Gingivitis ulseratif nekrosis
Ø Faktor
sistemik tidak dikenali
Ø Berkaitan
dengan HIV
3.
Gingivitis yang bukan disebabkan plak
Ø Berkaitan
dengan penyakit kulit, alergi, infeksi.
Klasifikasi penyakit gingiva yang
dimodifikasi:
1.
Gingivitis kronis
Ø Gingivitis
simpel/tidak terkomplikasi
Ø Gingivitis
terkomplikasi
Ø Gingivitis
deskuamatif
2.
Gingivitis akut
Ø Gingivitis
ulseratif nekrosis akut (GUNA)
Ø GUNA yang
tidak berkaitan dengan HIV
Ø GUNA yang
berkaitan dengan HIV
Ø Gingivostomatitis
herpetik akut (GHA)
3.
Hiperplasia gingiva non-inflamatoris yang diinduksi
obat-obatan.
Klasifikasi lain dari gingivitis:
1.
Gingivitis
simpel :
Bentuk radang kronis pada gingiva yang paling
sering dijumpai. Pada penyakit ini, inflamasi merupakan perubahan primer dan
satu-satunya (tidak ada komplikasi faktor sistemik)
2.
Gingivitis
terkomplikasi :
Pada penyakit ini, inflamasi merupakan:
Ø Perubahan
sekunder yang bertumpang tindih diatas kelainan akibat faktor sistemik yang
lebih dulu ada (mis: overgrowth
yang dipicu
obat)
Ø Faktor
pemicu bagi terjadinya perubahan klinis pada gingiva yang akibat faktor
sistemik telah mengalami perubahan mikroskopis yang secara klinis belum
terlihat (mis: pregnancy
gingivitis).
3.
Gingivitis
deskuamatif :
Radang kronis pada gingiva yang relatif
jarang dijumpai dengan ciri khasnya gingiva berwarna sangat merah disertai
pengelupasan epitel permukaan.
4.
Gingivitis
ulseratif nekrosis akut (GUNA)
Radang akut gingiva yang destruktif dengan
tanda klinis dan simtom yang khas. Dibedakan atas:
Ø GUNA yang
tidak berkaitan dengan infeksi HIV
Ø GUNA yang
berkaitan dengan infeksi HIV.
5.
Hiperplasia
gingiva non-inflamatoris
Berkaitan
dengan pemakaian obat-obatan (Drug-induced gingival overgrowth). Kelainan
non-radang pada gingiva yang dipicu oleh obat-obatan seperti:fenitoin,
nifedipin, siklosporin. Bila kelainan ini terkomplikasi radang, keadaannya
berubah menjadi gingivitis terkomplikasi. Diajukan sebagai diagnosis tersendiri
karena bukan disebabkan oleh gingivitis.
C.
Pathogenesis/ Riwayat Alami Penyakit Gingiva dan
Periodontal
1. Gingivitis
Karena plak berakumulasi dalam
jumlah sangat besar di regio interdental yang terlindungi, inflamasi gingiva
cenderung dimulai pada daerah papilla interdental dan menyebar dari daerah ini
ke sekitar leher gigi.
Histopatologi dari gingivitis
kronis dijabarkan dalam beberapa tahapan: lesi awal timbul 2-4 hari diikuti
gingivitis tahap awal, dalam waktu 2-3 minggu akan menjadi gingivitis yang
cukup parah.5
A. Lesi
awal
Perubahan terlihat pertama kali
di sekitar pembuluh darah gingiva yang kecil disebelah apikal dari epitelium
jungtional. Pembuluh ini mulai bocor dan kolagen perivaskuler mulai menghilang,
digantikan dengan beberapa sel inflamasi, sel plasma dan limfosit terutama
limfosit T cairan jaringan dan protein serum.
Secara klinis, respon awal
gingival terhadap bakteri plak ini tidak kelihatan. Namun, secara mikroskopik,
beberapa cirri klasik inflamasi akut dapat dilihat pada jaringan ikat dibawah
epitel junctional. Ciri morfologi perubahan pembuluh darah (pelebaran kapiler
dan vena) dan adheren dari neutrofil terhadap dinding pembuluh yang terjadi
dalam 1 minggu dan kadang-kadang lebih cepat 2 hari setelah plak terakumulasi.
Leukosit PMN meninggalkan pembuluh darah kapiler dengan bermigrasi melewati
dinding pembuluh darah.
Perubahan juga dapat terdeteksi
dalam epitel junction dan jaringan ikat pada tahap awal ini, karena limfosit
terakumulasi dan terjadi peningkatan pada migrasi leukosit dan akumulasi sampai
sulkus gingival sehingga terjadi peningkatan cairan sulkus gingival.
B. Gingivitis tahap awal
Bila
deposit plak masih tetap ada, perubahan inflamasi tahap awal akan berlanjut
disertai dengan meningkatnya aliran cairan gingiva dan migrasi Polymorphonuclear
Neutrophils (PMN). Perubahan yang terjadi baik pada epithelium jungsional
maupun pada epithelium krevikular merupakan tanda dari pemisahan sel dan
beberapa proliferasi dari sel basal.
C. Gingivitis
tahap lanjut
Dalam
waktu 2-3 minggu, akan terbentuk gingivitis yang lebih parah. Perubahan
mikroskopik terlihat terus berlanjut, pada tahap ini sel-sel plasma terlihat
mendominasi. Limfosit masih tetap ada dan jumlah makrofag meningkat. Pada tahap
ini sel mast juga dapat ditemukan. Gingiva sekarang berwarna merah, bengkak,
dan mudah berdarah.
2. Periodontitis
Periodontitis adalah inflamasi jaringan
periodontal yang ditandai dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal,
kehilangan perlekatan tulang dan resorpsi tulang alveolar. Pada pemeriksaan
klinis terdapat peningkatan kedalaman probing, perdarahan saat probing
(ditempat aktifnya penyakit) yang dilakukan dengan perlahan dan perubahan
kontur fisiologis. Dapat juga ditemukan kemerahan, pembengkakan gingiva dan
biasanya tidak ada rasa sakit.
D.
Tanda
dan Gejala Penyakit Gingiva
Secara umum, tampakan klinis gingivitis dapat dicirikan oleh
adanya tanda klinis: kemerahan dan sponginess jaringan gingiva, perdarahan,
perubahan kontur, dan adanya kalkulus atau plak tanpa bukti radiografi
kehilangan tulang crestal. Inflamasi negatif mempengaruhi fungsi epitel sebagai
pelindung. Perbaikan epitel ulserasi ini tergantung pada aktivitas proliferasi
atau regeneratif dari sel-sel epitel.
Perubahan warna pada gingiva
Warna gingiva ditentukan oleh
beberapa faktor, termasuk jumlah dan ukuran pembuluh darah, ketebalan epitel,
jumlah keratinazion, dan pigmen dalam epitel.
Ø Perubahan warna akibat gingivitis.
Perubahan warna merupakan tanda
klinis yang penting dari penyakit gingiva. Gingiva normal adalah "coral
pink" dan diproduksi oleh vaskularisasi jaringan dan dimodifikasi oleh
lapisan epitel atasnya. Oleh karena itu, gingiva menjadi merah ketika
vaskularisasi berkurang (dalam hubungan dengan fibrosis corium) atau
meningkatnya keratinisasi epitel.
Perubahan warna bervariasi dengan
intensitas peradangan. Awalnya, ada eritema meningkat. Jika kondisi tidak
memburuk, ini adalah perubahan warna hanya sampai gingiva itu kembali normal.
Dalam peradangan akut yang parah, warna merah secara bertahap menjadi abu-abu,
kusam keputihan. Perubahan warna abu-abu yang dihasilkan oleh nekrosis jaringan
yang dibatasi dari gingiva yang berdekatan dengan zona, eritematosa tipis tajam.
Ø Warna perubahan yang berhubungan
dengan faktor sistemik .
Banyak penyakit sistemik dapat
menyebabkan perubahan warna pada mukosa mulut, termasuk gingiva tersebut.
Pigmentations lisan endogen dapat disebabkan oleh melanin, bilirubin, atau
besi. Melanin pigmentationsn oral dapat pigmentations fisiologis normal dan
sering ditemukan dalam kelompok-kelompok etnis yang sangat berpigmen.
Perubahan permukaan gingiva normal
Permukaan gingiva normal biasanya
menunjukkan depresi kecil banyak dan elevasi, memberikan penampilan jaringan
oranye-pell yang disebut stippling.
Perubahan posisi gingiva
Ø Karena Lesi traumatik.: apakah bahan
kimia, fisik, atau termal, adalah yang paling umum lesi di dalam mulut.
Ø Karena Resesi Gingiva: Resesi
gingiva merupakan temuan yang umum. Prevalensi, lingkup, dan tingkat keparahan
meningkat sesuai dengan usia dan lebih umum pada laki-laki
Perubahan kontur gingiva
Perubahan kontur gingiva terutama
terkait dengan anlargement gingiva, tapi perubahan tersebut dapat juga terjadi
pada kondisi lain.
Thunder Titanium Lights - TITANIAN ART
BalasHapusThunder mens titanium rings Titanium Lights. $9.99. 사이트 추천 Regular Price $6.99. Add to cart. Description; Description. titanium ingot Thunder Titanium light. $9.99. Quantity. Add titanium wood stove to cart. Description; titanium nitride coating service near me Reviews