Untuk Ra :
·
Eksostosis
-
Torus Palatinus
Eksostosis
ini terlokalisir pada bagian
tengah palatum keras dan penyebabnya belum diketahui. Secara klinis, tampak
tonjolan tulang yang asimptomatik yang ditutupi oleh mukosa oral. Ukuran dan
bentuknya bervariasi mulai dari eksostosis tunggal yang mempunyai ciri tertentu,
multilokuler, bosselated, sampai pada bentuk iregular.umumnya tidak membutuhkan
terapi khusus kecuali pada pasien yang membutuhkan perawatan prostetik, dan
pada pasien yang terganggu dengan adanya eksostosis tersebut.
·
Papillary hiperplasia pada
palatum
Merupakan
kondisi patologis terlokalisir yang terjadi pada palatum yang jarang terjadi.
Umumnya terjadi pada pasien yang edentulous yang menggunakan gigitiruan dalam
waktu yang lama dan mungkin karena inflamasi hiperplasia mukosa karena adanya
iritasi lokal kronis. Lesi juga dapat terjadi pada pasien bergigi, terjadi
karena iritasi mekanis dan termal dari makanan, merokok, dan lain-lain. Secara
klinis, berupa nodulus hiperplastik multifocal pada mukosa palatum diantara
daerah tempat makanan terakumulasi, sehingga memungkinkan terjadinya inflamasi.
Perawatannya berupa bedah dengan menghilangkan lesi menggunakan scalpel.
·
Tumor
-
Osteoma
Merupakan tulang odontogenik jinak yang terdiri dari tulang matur, compact,
cancellous dan paling umum ditemukan pada mandibula. Dapat terjadi pada pria
dan wanita dan biasanya pada usia dewasa muda.
Tanda
klinis osteoma :
o Dapat
muncul pada permukaan tulang dari
periosteum atau dari tulang sendiri yang disebut peripheral osteomas
o Berupa
tulang cancellous atau kompak
o Terjadi
dimanapun pada maksila (palatum keras dan maksilaris) , mandibula (umumnya pada
sudut mandibula)
o Merupakan
massa tulang yang keras, berkembang lambat, asimptomatik, yang menyebabkan
asimetris dari tulang yang terkena ketika membesar sampai proporsi yang cukup,
o Dapat
menyebabkan ekspansi lokal pada rahang ketika membesar
·
Kista
-
Median Palatal Cyst
Merupakan
kista fisura yang jarang terjadi, yang secara teori berkembang dari epitelium
yang terperangkap sepanjang garis emrionik pada saat fusi susunan palatal pada
maksila. Oleh karena itu sulit dibedakan dengan nasopalatine duct cyst.
-
Nasopalatine duct cyst
Merupakan
kista nonodontegenik paling
umum pada pada kavitas oral. Gejala umum terjadi pembengkakan pada palatum
daerah anterior, rasa sakit dan drainase.
·
Hiperplasia palatal
Kondisi
reaktif ini merupakan hasil dari pergerakan dan kehilangan kontak dari dasar
gigitiruan rahang atas pada epitelium palatal dan jaringan konektif dasar.
Tanda klinis berupa proyeksi papila kecil yang banyak,tampak cobblestones, area permukaan hiperplasia
dengan bentuk seperti potongan bercelah diantara “blok-blok” dari mukosa
hiperplastik yang sering terlihat dibawah gigi tiruan sebagian.
·
Leaf Fibroma
Lesi
ini merupakan hasil dari iritasi friksional kronik dari jaringan lunak palatal
karena pergerakan atau tidak regularnya coverage dari gigi tiruan rahang atas.
Apabila tidak ditutupi gigitiruan, maka akan berkembang sebagai pembengkakakn
bulat eksofitik non-ulcerated, tetapi karena posisinya, makanya bentuknya datar
seperti daun. Probing dengan lembut sering dapat menyebabkan hilangnya
perlekatan pada kubah dan kemudian bergelantung pada perlekatannya yang sangat
tipis dan nyata.
·
Flabby ridges
Tepi
kendur merupakan hasil dari pergatian fibrous dari tepi tulang. Hal ini paling
sering ditemukan pada segmen anterior rahang atas tempat gigitiruan penuh
rahang atas berlawanan dengan gigi alamiah rahang bawah tetapi dengan sadel
free end tidak diimbangi dengan gigi tiruan sebagian rahang bawah. Hasil aksi
tipping yang disebabkan oleh aksi mengunyah protrusif menghasilkan resorbsi
tulang dan pergantian fibrous dari tepi.terpi tersebut menjadi goyang dengan
berlebihan menggambarkan kurangnya dasar dari jaringan keras.
·
Hyperplasia fibrosa
Hyperplasia ini mengalami keradangan dan
linger yang kendur merupakan akibat dari cedera oleh karena pemakaian protesa
ditambah resorpsi tulang, baik patologis maupun fisiologis. Lesi hiperplastik
berkembang didekat pinggiran protesa dan berbentuk sebagai mukosa yang panjang,
mengandung jaringan fibrosa atau sikratik atau jaringan parut dan kadang-kadang
mengalami ulserasi.
Untuk RB :
·
Kista Dermoid
Kista dermoid adalah suatu pembengkakan jaringan lunak yang berasal
dari degenerasi kistik dai epitel yang terjebak selama perkembangan embrionik.
Kista ini dapat terjadi dimana saja di kulit, tetapi mempunyai kecenderungan
untuk timbul di dasar mulut. Kista dermoid secara klasik tampak seperti massa berbentuk kubah,
tidak sakit, muncul di dasar mulut.
·
Ranula
Ranula adalah suatu kista besar yang berisi muci di
dasar mulut. ranula mirip dengan fenomena retensi makus, kecuali ukurannya
lebih besar. Penyebabnya adalah terhalangnya aliran air liur yang normal
melalui duktus ekskretoris major yang membesar atau terputus dari kelenjar
sublingual atau kelenjar submandibuler.
·
Batu Kelenjar Liur
Batu kelenjar liur adalah pengerasan kompleks kalsium di dalam kelenjar
atau duktus liur yang dapat menyumbat aliran liur dan dapat menyebabkan
pembengkakan di dasar mulut. Pembentukan batu terjadi setelah umur 25 tahun,
dan terjadi 2 kali lebih sering pria dari pada wanita dan biasannya dalam
kelenjar submandibuler.
·
Fenomena Retensi Mukus
Fenomena retensi mukus adalah lesi lunak yang berfluktasi dan melibatkan
retensi cairan mucus di dalam jaringan subepitel, karena trauma. Pembengkakan
jernih dapat terjadi pada bibir, dasar mulut, vetral lidah atau mukosa pipi.
Ø Frenulum yang menonjols
Merupakan seberkas jaringan fibrous yang perlekatannya dekat puncak
alveolar. Frenulum yang menonjol dapat ditemukan pada kedua rahang di sebelah
labial pada garis tengah, dan disebelah bukal pada daerah premolar.untuk
menyesuaikan terhadap jaringan fibrous ini, dbuatkan cekungan yang dalam pada
syap gigitiruan. Pemusatan tegangan yang berbentuk pada puncak cekungan ini
merupakan predesposisi bagi patahnya basis gigtiruan. Selain itu, akan timbul
kesulitan untuk memperoleh penutupan tepi yang efisien.
Ø Sulkus yang dangkal
Masalah
yang timbul karena sulkus yang dangkal ada dua yaitu gigi tiruan dapat menjadi tidak stabil dan
distribusi beban menjadi tidak menguntungkan.
Ø Tulang yang tajam dan tidak beraturan
Bila terdapat taji-taji tulang yang tajam pada puncak alveolar yang
ditutupi oleh mukosa yang tipis karena atropi, akan timbul rasa nyeri bila
tertekan oleh gigitiruan. Lesi-lesi yang tajam ini disebakan kurangnya
perhatian ketika pencabutan gigi, misalnya soketnya lupa tidak ditekan dengan
baik. Penyebab lain adalah kelainan periodontal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar